![]() | |
try to be a nice host ^^ |
FUN, SMART, AND DYNAMIC !!
Kira-kira begitulah yel-yel kebanggan kami, mahasiswa Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro. Yaa,
kami sungguh bangga menjadi bagian dari keluarga besar yang luar biasa ini.
Tak terasa sudah setengah perjalanan, saya Dheayu Jihan
Bias Khansa mahasiswa yang mukanya super chibi-chibi ini menjalani masa
menuntut ilmu di kampus oranye. NIM. 14030110120056 pun sudah tersemat di
naluri ini sejak September 2010 kala itu. Hingga detik saya menulis ini, masih
hangat di ingatan bagaimana bahagianya ketika pertama kali mengetahui diterima
sebagai calon mahasiswa Ilmu Komunikasi di Undip. Masih ingat siapa orang
pertama ku yang peluk, siapa yang tersenyum bangga padaku waktu itu sambil
cubit-cubit pipi.. haha stop galau, cut!!
5 semester ternyata waktu yang sangat singkat untuk belajar
mengenai banyak hal di kampus. Terlepas dari teori-teori akademis, bersabar
untuk konsultasi materi dengan dosen, harus tepat waktu masuk kelas, latihan
naik-turun ke lantai 3, danus kue-kue’an di kelas, bertengkar setiap hari sama
ulil, menggila di bawah pohon ceri bareng Dian-Vella, dan berkali-kali
kehilangan kunci motor di parkiran. Itu semua adalah bait-bait kecil perangkai
kisah indahku di kampus Fisip tercinta. Yaa, ruang-ruang harapan yang entah
berapa lama lagi akan ku tinggalkan :) semoga secepatnya.
Hei, di semester 5 ini kami mendapat tugas seru untuk mata
kuliah Reportase Berita Penyiaran. Menyajikan sebuah liputan investigasi
merupakan tantangan terdahsyat seumur hidup selama menjalani pendidikan di
Undip ini. Yeahh, kalo biasanya cuma bisa liat di tipi-tipi,kali ini kami harus
membuatnya sendiri. Omaigat! Waktu pertama kali sih interest banget sama tugas ini, kebayang bakalan keren abis harus
liputan dengan hidden camera dan
segala rupa. Eh giliran udah tinggal eksekusi, malah loyo semua. Aaaakk..
kebetulan waktu itu aku tergabung dalam sebuah tim yang terdiri dari 10 orang.
Dan seinget aku, cuma seorang yang sejak awal punya semangat membara, Ninin.
Aku dan beberapa teman lain sebenarnya hampir selalu bersama setiap harinya,
tapi dengan amat sengaja kami selalu melupakan tugas tersebut karena bobotnya
yang cukup njlimetke rogo lan pikiran.
Hingga akhirnya posisi H-3 minggu deadline pengumpulan, setiap kali konsultasi selalu saja dosen
memberikan teguran karena kami tak ada kemajuan. Sampai akhirnya, dosen baik
bernama Mba Nurul itu menyindir kami dengan kalimat, ”Kelompok lain udah pada
terjun ke lapangan lho dek, kalo kalian cuma riset-riset terus ngga segera
eksekusi nanti kalian terancam ngga ikut ujian lho”, paparnya. Marakke mak
jlebb sitihik, karena siapa pun dari kami ngga ada yang tertarik untuk
mengulang mata kuliah ini bersama adek-adek tingkat -_- zzztt.
Ternyata kalimat itu membawa efek yang luar biasa.
Sesudahnya, kami langsung tancap gas pol susun strategi untuk mengejar
ketertinggalan kami yang sudah terlalu jauh rasanya dari kelompok-kelompok
lainnya. Tapi patah arang dan memilih diam bukanlah karakter kami, semua harus
berjalan sesuai target apapun yang terjadi. Beberapa kali perdebatan sehat
mengenai tema yang tak kunjung jelas pun tak terelakkan, tapi dari sudut
pandangku hal itu merupakan atmosfer yang sangat aku suka. Lebih tepatnya
berdiskusi, walaupun sedikit pake otot hahaha. Yaa, beginilah kita, mahasiswa
politik yang sukanya debat tapi ngga suka demo.
Tema retribusi ilegal di pasar Kota Semarang sudah mantap
kami pilih. Satu persatu tim kami lepas ke lapangan untuk mencari fakta yang
ada, dan Alhamdulillah meskipun banyak sekali halangan tapi dari situ pula kami
mendapat pengalaman-pengalaman istimewa. Kebetulan aku mendapat tugas untuk
mewawancarai birokrat. Yaa, mungkin karena kecantikanku yang super mempesona
dan disinyalir dapat mempermudah perizinan untuk menembus para pekerja-pekerja
pemerintah itu. Meski ternyata teori itu, SALAH BESAR!! Aku dan pasangan hidup
matiku, Ulil, harus bersabar dan berpantat lebar untuk mengurus perizinan
penelitian yang hampir mencapai waktu 2 minggu ke Dinas Pasar Kota Semarang.
Hampir setiap hari kami harus ngapelin
Kesbanglinmas di Gedung Pandanaran dan Dinas Pasar. Wuidihh, pasti muka kita
berdua nih udah diapalin banget sama mereka-mereka ampe tiap kali masuk selalu
ada aja yang ngajakin foto bareng #dipikir Dhea chibi sama Ulil chibi !!!
Deadline pengumpulan
tugas semakin dekat, sedangkan materi belum terkumpul maksimal. Kami semakin
pontang-panting, mulai lupa makan, lupa mandi, sampai lupa masuk kuliah yang
lain, aasshhhh itu sih udah kelakuan dari dulu! Segala tenaga dan upaya kami
kerahkan, siapa saja yang tampak luang langsung terbang entah kemana untuk
liputan lagi. Sehari-harinya akhir tahun 2012 kami habiskan untuk galau mikirin
reportase investigasi T.T kecuali aku yang emang lagi beneran galau soalnya
ditinggal pacar lagi #mesti mben duwe pacar ujung-ujunge gur ditinggal ngene
tok #tragis #curcol!!
Inget banget waktu itu sama Dian tengah hari bolong harus
wawancara sama pihak Kecamatan Tembalang soal lokasi wilayah PKL illegal di
lingkungan itu. Begitu dateng, dapet sambutan ramah sekalipun akhirnya cuma
bisa wawancara sama pak sekcam. Ternyata beliau dulu juga anak Fisip Undip,
jurusan pemerintahan tapi. Wah, seenggaknya secara proximity dapet banget nih. Dan beliau dengan sangat terbuka
berkenan untuk membantu riset investigasi kami, udahan gitu pulang-pulang masih
dapet bonus bolpoin dari beliau gara-gara ketauan wawancara lupa bawa bolpen
hahaha #konyol opo ngenes ya?
Pengalaman menarik lainnya, waktu posisi H-2 pengumpulan
dan kami belum juga mendapatkan hasil wawancara dengan pihak Dinas Pasar kota.
Antara panik dan linglung waktu sampe sana masih aja di PHP (pemberi harapan
palsu) sama petugas-petugas di sana. Akhirnya karena tuntutan dan tekanan, kami
menerobos setiap ruang di sana untuk menemui orang yang tepat untuk
diwawancara. Alhamdulillah, Tuhan emang Maha Adil. Akhirnya kami berhasil
bertemu langsung dengan Kepala Bagian PKL di Kota Semarang, dengan sebelumnya harus bersakit-sakit dahulu
bertemu dengan bawahannya yang belagu dan banyak gaya. Peliiisss deh pak, emang
situ siapa pake ngomelin saya ngga jelas.. atasan situ aja open banget kok. Dihhh, situ okayyy??? #lempar piring
Kabag. PKL kota ini bernama Pak Daniel, beliau sepertinya
keturunan batak yang sudah lama menetap di Semarang. Karakternya lugas dan
tegas, namun tetap ramah. Kami dengan asyiknya berbincang dengan bapak yang
tampan ini hehehe, namun tetap dalam jalurnya. Beliau banyak memaparkan fakta
mengenai kondisi wajah kota khususnya berkaitan dengan pasar dan PKL. Akhirnya,
terbayar juga perjuangan selama 2 minggu
kemarin. Lega rasanya bisa memperoleh banyak informasi dari Pak Daniel dan
staff-staffnya yang baik ini, terimakasih ya paaakk ^^ bahkan ketika pulang pun
kami masih dibekali dengan buku panduan lengkap yang berisi semua hal yang
berkenaan dengan PKL tersebut. Waaaahh, lumayan banget #pikirku ^^ beruntung
karena tiap kali liputan selalu pulang bawa souvenir hehehe. Parahnya, begitu
selesai wawancara dengan Pak Daniel ini si Dian nyeletuk, “Eh kenapa yaa, orang
yang namanya Daniel itu selalu rupawan?”, hahaha #ngakak njungkel! Jawab dewe
wae ah di..
Seusai itu, jangan harap kami bisa bersantai ria. The most
important thing we have to do yet is, EDITING!! Alamaaaaakk.. aku angkat topi
setinggi-tingginya buat tim editor kami yaitu Ninin dan Atina yang sudah
merelakan 3hari 3malamnya untuk menyelesaikan ini. Belum lagi Dian yang musti
bolak-balik revisi naskah sepanjang malam, ohh mameeenn.. kalian emang luar
biasa :) salut banget karena mereka harus kerja shift-shiftan demi proyek Kaca Neraca ini. Yaa, program ini kami
beri nama Kaca Neraca dengan takeline “menembus fenomena berdasarkan fakta”.
Nama program dan takeline ini hasil warisan dari tugas Produksi Studio kami
yang berhasil melahirkan karya talkshow dengan tema indigo di semester
sebelumnya. Luar biasa cemerlang, soalnya nama program dan takeline itu tadi
hasil muntahan dari otakku sendiri yang kadang suka loading loh hahaha #bangga
sithik.
Sebelumnya, kami juga melalui proses taping atau pengambilan gambar untuk presenter. Yomaa, siapa lagi
presenternya kalo bukan akyu yang cantik kaya Barbie ini ^^ dengan dandanan
yang different tentunya, kami
mengeksekusinya di bawah terik matahari yang nyengatnya parah banget. Zzzztttt!
Alhamdulillah walaupun agak lama prosesnya, karena bentar-bentar harus mandheg tiap kali ada motor atau mobil
atau mahasiswa treak-treak yang tiba-tiba lewat, karena sesungguhnya hal itulah
yang disebut NOICE. Wooo! Kalian tau nggak sih, ngulang-gulang take host itu rasanya iieuwhh banggedz..
coba bayangkan, kakiku yang kerjaannya keluar masuk hutan harus dihadapkan pada
high heels yang haknya sekitar 7cm.
Keram keram deh, meh misuh tapi kok isin.. dikiro rak sangar mengko. Tapi
sumpah, enelan nggak pake o’ong.. yang namanya pake high heels 2 jam aja tuh rasanya sama persis capeknya kaya waktu
mendaki puncak Ungaran tanpa olahraga dan persiapan. Woooww..
Pengumpulan tugas yang seharusnya tgl. 9 Januari pun
menjadi ancaman bagi tidur nyenyak kami, setiap hari harus ngapelin rumah Ninin
untuk nemenin ngedit. Yaa, karena dari kami semua Cuma Ninin dan Atina yang
paham soal beginian. Sedangkan aku, Vella, Indah, dan Anggi Cuma bisa haha
hihi. Tapi jangan salah, pas hari H pengumpulan ternyata editing masih juga
belum selesai. Bahkan hingga batas pengumpulan yang seharusnya pukul 14.00 pun
kami masih meminta kebaikan hati Mba Nurul supaya diperbolehkan ngumpulin agak
sorean. Jadilah aku yang mohon-mohon sama beliau. Yeaahh \m/
Detik-detik penuh kecemasan itu akhirnya terlewati juga, meskipun
sebelumnya harus sport jantung dulu
karena setiap kali meng-export file
tersebut selalu gagal dan tak muncul suaranya sekalipun sudah dilakukan
berulang-ulang. Subhanallah rasanya udah kaya kambing mau disembelih, Cuma bisa
diem termenung, saling menatap satu sama lain, berusaha dengerin lagu dan
nonton film pun ternyata sama sekali ngga ngilangin kegundahan itu. Sampai
akhirnya baru sekitar pukul 18.30 semuanya berjalan sesuai dengan harapan.
Export selesai dan berhasil kami copy
dalam bentuk CD untuk segera dikumpulkan ke ruang dosen. Namun mengingat hari
yang sudah terlalu malam dan hampir bisa dipastikan ruang jurusan sudah
dikunci, maka kami pun memutuskan untuk mengumpulkannya di hari kemudian
pagi-pagi sekali sebelum Mba Nurul datang. And, DONE! Leganyaaa.. #untuk
sesaat.
Perjuangan belum usai sampai sidang pada tgl. 12 Januari
terjadi. Semua daya upaya kami akan dinilai semuanya pada hari tersebut oleh 3
orang dosen, yaitu Mba Nurul sendiri, Mba Nonik entah dari media mana, dan Mas
Rofiudin dari wartawan Tempo yang baik hatinya dan kayanya hatinya lurus
banget, tapi tetep tampak smart dan
kritis (idola gue sama Atina tuh, hahaha). Dalam kurun waktu 1 jam, karya kami
tersebut dibantai habis-habisan oleh ketiga komentator tersebut. Rasanya lemas
tak berdaya, waktu Mba Nonik bilang kalo karya ini ngga bisa dibilang karya
investigasi melainkan hanya indepth
reporting, belum lagi kata Mba Nurul dan Mas Rofiudin yang mengungkapkan
bahwa tema kami sebenarnya sudah menarik namun belum terlalu berani untuk
mengungkap suatu fakta yang lebih dalam lagi. Banyak hal yang meluber dan
kurang fokus, katanya. Tapi setidaknya mereka sangat mengapresiasi usaha kami
selama 1 bulan terakhir.
Satu komentar yang akan aku ingat selalu, kata Mba Nonik
sekalipun video liputan investigasi kami cukup amburadul, tapi ternyata
menurutnya tampilan presenternya (alias akyuuu) cukup menghibur. Entahlah, gambling, menghibur dalam artian positif
atau negative nih, Mba? Ahaha apapun itu, sudah menjadi masukan yang luar
biasa. Setidaknya waktu itu, aku lihat dari ujung seberang ada seorang kawan
yang memberikan sebuah jempolnya kepadaku atas apresiasinya terhadap
perjuanganku menjadi presenter, haaaa terimakasih terimakasih :’) jadi terharu
biruuu..
Kami semua pulang dengan hati puas dan senang meskipun
dihujani kritik yang luar biasa pedas dari para komentator. Setidaknya kami
telah memperoleh pengalaman dan ilmu yang jauh jauh jauh lebih dari kata
banyak. Jika ada lagi kesempatan untuk mengembangkan skill di bidang jurnalistik yang serupa, kami berjanji akan
menyajikan yang lebih baik lagi. Amiiinnn :) sampai jumpa di masa-masa
mendatang dengan kartu pers di dada masing-masing yaa kawan-kawankuu..
Saya Dheayu Jihan Bias Khansa, selaku produser KACA NERACA
INVESTIGASI mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kalian timku
yang membanggakan.. semoga semua pengalaman ini akan bermanfaat di hari esok.
Kalian kawan-kawan seperjuangan :
·
Dian Kurniati
·
Ifadhah Vellayati Widjaja
·
Choirul Ulil Albab
·
Nindya Aldila
·
Indah Pusawardhani
·
Atina Primaningtyas
·
Anggia Anggraini
·
Dimas Setiawan Hutomo
·
Asti Amalina
SALAM
KACA NERACA !!!
semangat tak pernah mati, KACA NERACA |
Pecahan
cerita KACA NERACA :
#
Dari sini aku jadi lebih belajar mengenal karakterku sendiri dan teman-teman,
aku janji akan mengurangi pertengkaran-pertengkaran ngga jelas sama Ulil.
Hahaha crazy couple sepanjang masa ^^
#
Ternyata ada kesamaan antara aku dan Atina : sama-sama suka film India dan
ngefans sama Mas Rofiudin, zzzzttt !
#
Dian suka sama cowok-cowok yang namanya Daniel, hahaha :D
# Indah
itu, sukanya ngaca trus ngomentarin dirinya sendiri yang gendut. Tapi, kalo
diajak makan atau jajan kemana pun dan kapan pun selalu ngga pernah nolak.
#
Gokil-gokilan sama anak-anak di kamarnya Ninin itu rasanya merdeka banget, mana
pake dibikinin mie + bakso yang enak banget itu sama mamanya hahaha, makasi
Niniiiiinn..
#
Pembuat keceriaan itu ternyata sederhana : GORENGAN PEMBAWA BERKAH
#
Baru tau kalo di deket rumah Ninin yang namanya ngeprint kertas Cuma selembar
itu 1000 rupiah, padahal kalo ngeprint di Laris deket kampus dengan harga
segitu dapet 5 lembar -_-
#
Waktu malem terakhir harusnya aku ikutan nginep buat ngegarap editing, tapi
ternyata malah ketiduran gara-gara sakit “BATUK” hahaha..