Kamis, 31 Januari 2013

KACA NERACA INVESTIGASI


try to be a nice host ^^

FUN, SMART, AND DYNAMIC !!

Kira-kira begitulah yel-yel kebanggan kami, mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro. Yaa, kami sungguh bangga menjadi bagian dari keluarga besar yang luar biasa ini.
Tak terasa sudah setengah perjalanan, saya Dheayu Jihan Bias Khansa mahasiswa yang mukanya super chibi-chibi ini menjalani masa menuntut ilmu di kampus oranye. NIM. 14030110120056 pun sudah tersemat di naluri ini sejak September 2010 kala itu. Hingga detik saya menulis ini, masih hangat di ingatan bagaimana bahagianya ketika pertama kali mengetahui diterima sebagai calon mahasiswa Ilmu Komunikasi di Undip. Masih ingat siapa orang pertama ku yang peluk, siapa yang tersenyum bangga padaku waktu itu sambil cubit-cubit pipi.. haha stop galau, cut!!
5 semester ternyata waktu yang sangat singkat untuk belajar mengenai banyak hal di kampus. Terlepas dari teori-teori akademis, bersabar untuk konsultasi materi dengan dosen, harus tepat waktu masuk kelas, latihan naik-turun ke lantai 3, danus kue-kue’an di kelas, bertengkar setiap hari sama ulil, menggila di bawah pohon ceri bareng Dian-Vella, dan berkali-kali kehilangan kunci motor di parkiran. Itu semua adalah bait-bait kecil perangkai kisah indahku di kampus Fisip tercinta. Yaa, ruang-ruang harapan yang entah berapa lama lagi akan ku tinggalkan :) semoga secepatnya.
Hei, di semester 5 ini kami mendapat tugas seru untuk mata kuliah Reportase Berita Penyiaran. Menyajikan sebuah liputan investigasi merupakan tantangan terdahsyat seumur hidup selama menjalani pendidikan di Undip ini. Yeahh, kalo biasanya cuma bisa liat di tipi-tipi,kali ini kami harus membuatnya sendiri. Omaigat! Waktu pertama kali sih interest banget sama tugas ini, kebayang bakalan keren abis harus liputan dengan hidden camera dan segala rupa. Eh giliran udah tinggal eksekusi, malah loyo semua. Aaaakk.. kebetulan waktu itu aku tergabung dalam sebuah tim yang terdiri dari 10 orang. Dan seinget aku, cuma seorang yang sejak awal punya semangat membara, Ninin. Aku dan beberapa teman lain sebenarnya hampir selalu bersama setiap harinya, tapi dengan amat sengaja kami selalu melupakan tugas tersebut karena bobotnya yang cukup njlimetke rogo lan pikiran.
Hingga akhirnya posisi H-3 minggu deadline pengumpulan, setiap kali konsultasi selalu saja dosen memberikan teguran karena kami tak ada kemajuan. Sampai akhirnya, dosen baik bernama Mba Nurul itu menyindir kami dengan kalimat, ”Kelompok lain udah pada terjun ke lapangan lho dek, kalo kalian cuma riset-riset terus ngga segera eksekusi nanti kalian terancam ngga ikut ujian lho”, paparnya. Marakke mak jlebb sitihik, karena siapa pun dari kami ngga ada yang tertarik untuk mengulang mata kuliah ini bersama adek-adek tingkat  -_- zzztt.
Ternyata kalimat itu membawa efek yang luar biasa. Sesudahnya, kami langsung tancap gas pol susun strategi untuk mengejar ketertinggalan kami yang sudah terlalu jauh rasanya dari kelompok-kelompok lainnya. Tapi patah arang dan memilih diam bukanlah karakter kami, semua harus berjalan sesuai target apapun yang terjadi. Beberapa kali perdebatan sehat mengenai tema yang tak kunjung jelas pun tak terelakkan, tapi dari sudut pandangku hal itu merupakan atmosfer yang sangat aku suka. Lebih tepatnya berdiskusi, walaupun sedikit pake otot hahaha. Yaa, beginilah kita, mahasiswa politik yang sukanya debat tapi ngga suka demo.
Tema retribusi ilegal di pasar Kota Semarang sudah mantap kami pilih. Satu persatu tim kami lepas ke lapangan untuk mencari fakta yang ada, dan Alhamdulillah meskipun banyak sekali halangan tapi dari situ pula kami mendapat pengalaman-pengalaman istimewa. Kebetulan aku mendapat tugas untuk mewawancarai birokrat. Yaa, mungkin karena kecantikanku yang super mempesona dan disinyalir dapat mempermudah perizinan untuk menembus para pekerja-pekerja pemerintah itu. Meski ternyata teori itu, SALAH BESAR!! Aku dan pasangan hidup matiku, Ulil, harus bersabar dan berpantat lebar untuk mengurus perizinan penelitian yang hampir mencapai waktu 2 minggu ke Dinas Pasar Kota Semarang. Hampir setiap hari kami harus ngapelin Kesbanglinmas di Gedung Pandanaran dan Dinas Pasar. Wuidihh, pasti muka kita berdua nih udah diapalin banget sama mereka-mereka ampe tiap kali masuk selalu ada aja yang ngajakin foto bareng #dipikir Dhea chibi sama Ulil chibi !!!
Deadline pengumpulan tugas semakin dekat, sedangkan materi belum terkumpul maksimal. Kami semakin pontang-panting, mulai lupa makan, lupa mandi, sampai lupa masuk kuliah yang lain, aasshhhh itu sih udah kelakuan dari dulu! Segala tenaga dan upaya kami kerahkan, siapa saja yang tampak luang langsung terbang entah kemana untuk liputan lagi. Sehari-harinya akhir tahun 2012 kami habiskan untuk galau mikirin reportase investigasi T.T kecuali aku yang emang lagi beneran galau soalnya ditinggal pacar lagi #mesti mben duwe pacar ujung-ujunge gur ditinggal ngene tok #tragis #curcol!!
Inget banget waktu itu sama Dian tengah hari bolong harus wawancara sama pihak Kecamatan Tembalang soal lokasi wilayah PKL illegal di lingkungan itu. Begitu dateng, dapet sambutan ramah sekalipun akhirnya cuma bisa wawancara sama pak sekcam. Ternyata beliau dulu juga anak Fisip Undip, jurusan pemerintahan tapi. Wah, seenggaknya secara proximity dapet banget nih. Dan beliau dengan sangat terbuka berkenan untuk membantu riset investigasi kami, udahan gitu pulang-pulang masih dapet bonus bolpoin dari beliau gara-gara ketauan wawancara lupa bawa bolpen hahaha #konyol opo ngenes ya?
Pengalaman menarik lainnya, waktu posisi H-2 pengumpulan dan kami belum juga mendapatkan hasil wawancara dengan pihak Dinas Pasar kota. Antara panik dan linglung waktu sampe sana masih aja di PHP (pemberi harapan palsu) sama petugas-petugas di sana. Akhirnya karena tuntutan dan tekanan, kami menerobos setiap ruang di sana untuk menemui orang yang tepat untuk diwawancara. Alhamdulillah, Tuhan emang Maha Adil. Akhirnya kami berhasil bertemu langsung dengan Kepala Bagian PKL di Kota Semarang,  dengan sebelumnya harus bersakit-sakit dahulu bertemu dengan bawahannya yang belagu dan banyak gaya. Peliiisss deh pak, emang situ siapa pake ngomelin saya ngga jelas.. atasan situ aja open banget kok. Dihhh, situ okayyy??? #lempar piring
Kabag. PKL kota ini bernama Pak Daniel, beliau sepertinya keturunan batak yang sudah lama menetap di Semarang. Karakternya lugas dan tegas, namun tetap ramah. Kami dengan asyiknya berbincang dengan bapak yang tampan ini hehehe, namun tetap dalam jalurnya. Beliau banyak memaparkan fakta mengenai kondisi wajah kota khususnya berkaitan dengan pasar dan PKL. Akhirnya, terbayar  juga perjuangan selama 2 minggu kemarin. Lega rasanya bisa memperoleh banyak informasi dari Pak Daniel dan staff-staffnya yang baik ini, terimakasih ya paaakk ^^ bahkan ketika pulang pun kami masih dibekali dengan buku panduan lengkap yang berisi semua hal yang berkenaan dengan PKL tersebut. Waaaahh, lumayan banget #pikirku ^^ beruntung karena tiap kali liputan selalu pulang bawa souvenir hehehe. Parahnya, begitu selesai wawancara dengan Pak Daniel ini si Dian nyeletuk, “Eh kenapa yaa, orang yang namanya Daniel itu selalu rupawan?”, hahaha #ngakak njungkel! Jawab dewe wae ah di..
Seusai itu, jangan harap kami bisa bersantai ria. The most important thing we have to do yet is, EDITING!! Alamaaaaakk.. aku angkat topi setinggi-tingginya buat tim editor kami yaitu Ninin dan Atina yang sudah merelakan 3hari 3malamnya untuk menyelesaikan ini. Belum lagi Dian yang musti bolak-balik revisi naskah sepanjang malam, ohh mameeenn.. kalian emang luar biasa :) salut banget karena mereka harus kerja shift-shiftan demi proyek Kaca Neraca ini. Yaa, program ini kami beri nama Kaca Neraca dengan takeline “menembus fenomena berdasarkan fakta”. Nama program dan takeline ini hasil warisan dari tugas Produksi Studio kami yang berhasil melahirkan karya talkshow dengan tema indigo di semester sebelumnya. Luar biasa cemerlang, soalnya nama program dan takeline itu tadi hasil muntahan dari otakku sendiri yang kadang suka loading loh hahaha #bangga sithik.
Sebelumnya, kami juga melalui proses taping atau pengambilan gambar untuk presenter. Yomaa, siapa lagi presenternya kalo bukan akyu yang cantik kaya Barbie ini ^^ dengan dandanan yang different tentunya, kami mengeksekusinya di bawah terik matahari yang nyengatnya parah banget. Zzzztttt! Alhamdulillah walaupun agak lama prosesnya, karena bentar-bentar harus mandheg tiap kali ada motor atau mobil atau mahasiswa treak-treak yang tiba-tiba lewat, karena sesungguhnya hal itulah yang disebut NOICE. Wooo! Kalian tau nggak sih, ngulang-gulang take host itu rasanya iieuwhh banggedz.. coba bayangkan, kakiku yang kerjaannya keluar masuk hutan harus dihadapkan pada high heels yang haknya sekitar 7cm. Keram keram deh, meh misuh tapi kok isin.. dikiro rak sangar mengko. Tapi sumpah, enelan nggak pake o’ong.. yang namanya pake high heels 2 jam aja tuh rasanya sama persis capeknya kaya waktu mendaki puncak Ungaran tanpa olahraga dan persiapan. Woooww..
Pengumpulan tugas yang seharusnya tgl. 9 Januari pun menjadi ancaman bagi tidur nyenyak kami, setiap hari harus ngapelin rumah Ninin untuk nemenin ngedit. Yaa, karena dari kami semua Cuma Ninin dan Atina yang paham soal beginian. Sedangkan aku, Vella, Indah, dan Anggi Cuma bisa haha hihi. Tapi jangan salah, pas hari H pengumpulan ternyata editing masih juga belum selesai. Bahkan hingga batas pengumpulan yang seharusnya pukul 14.00 pun kami masih meminta kebaikan hati Mba Nurul supaya diperbolehkan ngumpulin agak sorean. Jadilah aku yang mohon-mohon sama beliau. Yeaahh \m/
Detik-detik penuh kecemasan itu akhirnya terlewati juga, meskipun sebelumnya harus sport jantung dulu karena setiap kali meng-export file tersebut selalu gagal dan tak muncul suaranya sekalipun sudah dilakukan berulang-ulang. Subhanallah rasanya udah kaya kambing mau disembelih, Cuma bisa diem termenung, saling menatap satu sama lain, berusaha dengerin lagu dan nonton film pun ternyata sama sekali ngga ngilangin kegundahan itu. Sampai akhirnya baru sekitar pukul 18.30 semuanya berjalan sesuai dengan harapan. Export selesai dan berhasil kami copy dalam bentuk CD untuk segera dikumpulkan ke ruang dosen. Namun mengingat hari yang sudah terlalu malam dan hampir bisa dipastikan ruang jurusan sudah dikunci, maka kami pun memutuskan untuk mengumpulkannya di hari kemudian pagi-pagi sekali sebelum Mba Nurul datang. And, DONE! Leganyaaa.. #untuk sesaat.
Perjuangan belum usai sampai sidang pada tgl. 12 Januari terjadi. Semua daya upaya kami akan dinilai semuanya pada hari tersebut oleh 3 orang dosen, yaitu Mba Nurul sendiri, Mba Nonik entah dari media mana, dan Mas Rofiudin dari wartawan Tempo yang baik hatinya dan kayanya hatinya lurus banget, tapi tetep tampak smart dan kritis (idola gue sama Atina tuh, hahaha). Dalam kurun waktu 1 jam, karya kami tersebut dibantai habis-habisan oleh ketiga komentator tersebut. Rasanya lemas tak berdaya, waktu Mba Nonik bilang kalo karya ini ngga bisa dibilang karya investigasi melainkan hanya indepth reporting, belum lagi kata Mba Nurul dan Mas Rofiudin yang mengungkapkan bahwa tema kami sebenarnya sudah menarik namun belum terlalu berani untuk mengungkap suatu fakta yang lebih dalam lagi. Banyak hal yang meluber dan kurang fokus, katanya. Tapi setidaknya mereka sangat mengapresiasi usaha kami selama 1 bulan terakhir.
Satu komentar yang akan aku ingat selalu, kata Mba Nonik sekalipun video liputan investigasi kami cukup amburadul, tapi ternyata menurutnya tampilan presenternya (alias akyuuu) cukup menghibur. Entahlah, gambling, menghibur dalam artian positif atau negative nih, Mba? Ahaha apapun itu, sudah menjadi masukan yang luar biasa. Setidaknya waktu itu, aku lihat dari ujung seberang ada seorang kawan yang memberikan sebuah jempolnya kepadaku atas apresiasinya terhadap perjuanganku menjadi presenter, haaaa terimakasih terimakasih :’) jadi terharu biruuu..
Kami semua pulang dengan hati puas dan senang meskipun dihujani kritik yang luar biasa pedas dari para komentator. Setidaknya kami telah memperoleh pengalaman dan ilmu yang jauh jauh jauh lebih dari kata banyak. Jika ada lagi kesempatan untuk mengembangkan skill di bidang jurnalistik yang serupa, kami berjanji akan menyajikan yang lebih baik lagi. Amiiinnn :) sampai jumpa di masa-masa mendatang dengan kartu pers di dada masing-masing yaa kawan-kawankuu..
Saya Dheayu Jihan Bias Khansa, selaku produser KACA NERACA INVESTIGASI mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kalian timku yang membanggakan.. semoga semua pengalaman ini akan bermanfaat di hari esok. Kalian kawan-kawan seperjuangan :
·         Dian Kurniati
·         Ifadhah Vellayati Widjaja
·         Choirul Ulil Albab
·         Nindya Aldila
·         Indah Pusawardhani
·         Atina Primaningtyas
·         Anggia Anggraini
·         Dimas Setiawan Hutomo
·         Asti Amalina
SALAM KACA NERACA !!!

semangat tak pernah mati, KACA NERACA


Pecahan cerita KACA NERACA :
# Dari sini aku jadi lebih belajar mengenal karakterku sendiri dan teman-teman, aku janji akan mengurangi pertengkaran-pertengkaran ngga jelas sama Ulil. Hahaha crazy couple sepanjang masa ^^
# Ternyata ada kesamaan antara aku dan Atina : sama-sama suka film India dan ngefans sama Mas Rofiudin, zzzzttt !
# Dian suka sama cowok-cowok yang namanya Daniel, hahaha :D
# Indah itu, sukanya ngaca trus ngomentarin dirinya sendiri yang gendut. Tapi, kalo diajak makan atau jajan kemana pun dan kapan pun selalu ngga pernah nolak.
# Gokil-gokilan sama anak-anak di kamarnya Ninin itu rasanya merdeka banget, mana pake dibikinin mie + bakso yang enak banget itu sama mamanya hahaha, makasi Niniiiiinn..
# Pembuat keceriaan itu ternyata sederhana : GORENGAN PEMBAWA BERKAH
# Baru tau kalo di deket rumah Ninin yang namanya ngeprint kertas Cuma selembar itu 1000 rupiah, padahal kalo ngeprint di Laris deket kampus dengan harga segitu dapet 5 lembar -_-
# Waktu malem terakhir harusnya aku ikutan nginep buat ngegarap editing, tapi ternyata malah ketiduran gara-gara sakit “BATUK” hahaha..